alkisah seorang pemuda bernama astuti tuti tuti (bukan nama sebenarnya).
tuti adalah seorang pemuda tanggung, hidup luntang-lantung.
serba pas-pasan.
walau pas-pasan, tuti rajin menabung.
ia menabung untuk hal yang sangat disukainya, foya-foya.
tuti juga suka membantu nenek menyebrang jalan, dan mengganti galon aqua.
namun akhir-akhir ini tuti nampak gelisah. entah apa yang mengganggu dirinya.
ternyata ada sesuatu dibalik itu. apakah itu? itu adalah sebuah hal spektakuler yang pernah ditemukan.
celana. ya, celana. tentu saja. bukan begitu?
tuti gelisah karena teman-temannya tidak mau lagi berteman dengannya karena tuti tidak suka pakai celana.
teman-teman mengolok-olok tuti.
sungguh kejam.
tuti bahkan di-unfollow dari twitter teman-temannya.
#celanatuti juga sempat menjadi trending topic selama seminggu berturut-turut.
bahkan tuti ditolak naik busway.
alasannya juga sepele. karena tuti naik motor. motor tidak boleh naik busway.
dosen-dosen di kampus mulai resah akan masalah ini. namun apa mau dikata.
tuti selalu mendapat nilai dibawah 5. tuti tidak bisa lulus beberapa mata kuliah.
tuti kecewa. bukankah nilai ujian berapapun sama saja dimata tuhan? keluhnya.
sebenarnya dulu tuti disukai teman-temannya. saat tuti masih pakai celana.
namun seiring bertambahnya usia, tuti semakin risih memakai celana.
kenapa tuti risih memakai celana?
ketika datang masa puber, maka pada tubuh tuti yang seorang laki-laki tulen muncul bulu-bulu yang tak diundang.
bulu-bulu tersebut tumbuh disekitar ketiak dan selangkangan.
yang di sekitar ketiak disebut bulu ketiak. namun yang di selangkangan bukanlah bulu selangkangan.
kenapa bukan? karena itu namanya jembut.
tuti risih memakai celana karena hari demi hari jembut di selangkangannya semakin lebat.
jembut yang tumbuh tertata rapi dan disisir setiap hari.
oleh karena itu tidak perlu lagi memakai celana. karena sekilas mirip celana item rumbai-rumbai.
tuti yang sekarang kesepian, sudah tidak tahan dengan kondisi dirinya.
tuti ingin teman-temannya kembali menerimanya seperti dulu.
tuti memutuskan untuk mencukur jembutnya dan kembali memakai celana.
setelah menghitung berdasarkan weton dan mencari hari yang tepat, tibalah saatnya.
tuti mulai memotong helai demi helai jembut kesayangannya yang telah dirawatnya selama ini.
jembut tuti mulai habis. dan ternyata masih ada sisa-sisa bulu yang tidak bisa dipotong karena kependekan.
gunting tak mampu menjangkaunya.
tuti melihat sekitar dan menemukan sesuatu yang ok. sesuatu yang ok tersebut adalah lakban.
karena lakban lengket, maka bisa digunakan untuk mencabuti jembut tanpa sisa, pikirnya.
ide tersebut dieksekusi tanpa pikir-pikir lagi.
voila! berhasil cin.
selangkangan tuti kini bersih.
karena sekian lama tertutup jembut, terlihat belang seperti habis tanning.
namun ternyata tuti membuang sisa-sisa jembut tersebut ke tempat yang salah.
tuti membuangnya ke selokan.
jembut yang dicabut sampai keakarnya tersebut tumbuh subur diselokan.
entah apa yang membuatnya begitu subur.
jembut tersebut kini tumbuh hingga menembus awan. sampai tak terlihat dimana ujungnya.
tuti yang terkejut melihat hal tersebut biasa saja.
namun kemudian diputuskannya untuk memanjat jembut yang kini tumbuh hingga menembus awan tersebut.
karena penasaran ada apa di atas sana.
tak lupa tuti membawa kamera video untuk merekam petualangannya nanti.
juga tak ketinggalan hape qwerty mirip blekberi yang berfungsi untuk update status kalau-kalau terjadi apa-apa dengannya nanti.
tuti memanjat centi demi centi jembutnya sendiri yang kini tumbuh hingga menembus awan. sampai tak terlihat dimana ujungnya.
ribuan meter dilalui. lelah. namun tuti terus memanjat tanpa keluh.
beberapa hari berlalu hingga akhirnya tuti sampai di pucuk jembut yang kini tumbuh hingga menembus awan tersebut.
ternyata. semua tidaklah seperti apa yang tuti bayangkan sebelumnya.
apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya.
ternyata di puncak jembut yang kini tumbuh hingga menembus awan tersebut tidak ada apa-apa.
tuti yang kecewa pun kecewa.
kini ia memutuskan untuk tidak akan pernah lagi memotong jembut kesayangannya.
ia memotong tititnya.
-tamat-
tuti adalah seorang pemuda tanggung, hidup luntang-lantung.
serba pas-pasan.
walau pas-pasan, tuti rajin menabung.
ia menabung untuk hal yang sangat disukainya, foya-foya.
tuti juga suka membantu nenek menyebrang jalan, dan mengganti galon aqua.
namun akhir-akhir ini tuti nampak gelisah. entah apa yang mengganggu dirinya.
ternyata ada sesuatu dibalik itu. apakah itu? itu adalah sebuah hal spektakuler yang pernah ditemukan.
celana. ya, celana. tentu saja. bukan begitu?
tuti gelisah karena teman-temannya tidak mau lagi berteman dengannya karena tuti tidak suka pakai celana.
teman-teman mengolok-olok tuti.
sungguh kejam.
tuti bahkan di-unfollow dari twitter teman-temannya.
#celanatuti juga sempat menjadi trending topic selama seminggu berturut-turut.
bahkan tuti ditolak naik busway.
alasannya juga sepele. karena tuti naik motor. motor tidak boleh naik busway.
dosen-dosen di kampus mulai resah akan masalah ini. namun apa mau dikata.
tuti selalu mendapat nilai dibawah 5. tuti tidak bisa lulus beberapa mata kuliah.
tuti kecewa. bukankah nilai ujian berapapun sama saja dimata tuhan? keluhnya.
sebenarnya dulu tuti disukai teman-temannya. saat tuti masih pakai celana.
namun seiring bertambahnya usia, tuti semakin risih memakai celana.
kenapa tuti risih memakai celana?
ketika datang masa puber, maka pada tubuh tuti yang seorang laki-laki tulen muncul bulu-bulu yang tak diundang.
bulu-bulu tersebut tumbuh disekitar ketiak dan selangkangan.
yang di sekitar ketiak disebut bulu ketiak. namun yang di selangkangan bukanlah bulu selangkangan.
kenapa bukan? karena itu namanya jembut.
tuti risih memakai celana karena hari demi hari jembut di selangkangannya semakin lebat.
jembut yang tumbuh tertata rapi dan disisir setiap hari.
oleh karena itu tidak perlu lagi memakai celana. karena sekilas mirip celana item rumbai-rumbai.
tuti yang sekarang kesepian, sudah tidak tahan dengan kondisi dirinya.
tuti ingin teman-temannya kembali menerimanya seperti dulu.
tuti memutuskan untuk mencukur jembutnya dan kembali memakai celana.
setelah menghitung berdasarkan weton dan mencari hari yang tepat, tibalah saatnya.
tuti mulai memotong helai demi helai jembut kesayangannya yang telah dirawatnya selama ini.
jembut tuti mulai habis. dan ternyata masih ada sisa-sisa bulu yang tidak bisa dipotong karena kependekan.
gunting tak mampu menjangkaunya.
tuti melihat sekitar dan menemukan sesuatu yang ok. sesuatu yang ok tersebut adalah lakban.
karena lakban lengket, maka bisa digunakan untuk mencabuti jembut tanpa sisa, pikirnya.
ide tersebut dieksekusi tanpa pikir-pikir lagi.
voila! berhasil cin.
selangkangan tuti kini bersih.
karena sekian lama tertutup jembut, terlihat belang seperti habis tanning.
namun ternyata tuti membuang sisa-sisa jembut tersebut ke tempat yang salah.
tuti membuangnya ke selokan.
jembut yang dicabut sampai keakarnya tersebut tumbuh subur diselokan.
entah apa yang membuatnya begitu subur.
jembut tersebut kini tumbuh hingga menembus awan. sampai tak terlihat dimana ujungnya.
tuti yang terkejut melihat hal tersebut biasa saja.
namun kemudian diputuskannya untuk memanjat jembut yang kini tumbuh hingga menembus awan tersebut.
karena penasaran ada apa di atas sana.
tak lupa tuti membawa kamera video untuk merekam petualangannya nanti.
juga tak ketinggalan hape qwerty mirip blekberi yang berfungsi untuk update status kalau-kalau terjadi apa-apa dengannya nanti.
tuti memanjat centi demi centi jembutnya sendiri yang kini tumbuh hingga menembus awan. sampai tak terlihat dimana ujungnya.
ribuan meter dilalui. lelah. namun tuti terus memanjat tanpa keluh.
beberapa hari berlalu hingga akhirnya tuti sampai di pucuk jembut yang kini tumbuh hingga menembus awan tersebut.
ternyata. semua tidaklah seperti apa yang tuti bayangkan sebelumnya.
apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya.
ternyata di puncak jembut yang kini tumbuh hingga menembus awan tersebut tidak ada apa-apa.
tuti yang kecewa pun kecewa.
kini ia memutuskan untuk tidak akan pernah lagi memotong jembut kesayangannya.
ia memotong tititnya.
-tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar